Menatap dari kejauhan, ya mungkin hanya itu yang bisa aku lakukan. Melihatnya bahagia, sungguh itupun sudah membuat diriku bahagia. Walaupun dia berbahagia dengan yang lain, toh dia berbahagia bersama temanku, jadi apa salahnya? Walaupun cinta tapi yang namanya persahabatan tetaplah dinomor satukan. Itulah prinsip hidup yang akan selalu saya pegang, boleh cinta karena itu memang fitrahnya semua manusia, tapi bila cinta membuatku berselisih paham dengan teman, kurasa itu adalah pilihan yang buruk. Banyak teman temanku yang menyebutku payah karena tidak memperjuangkan apa yang seharusnya diperjuangkan, tapi ini sudah menjadi pilihan. Tak mengapa orang berkata apa, toh kalau dia jodoh tak akan kemana.
Sakit? memang ini sungguh menyakitkan. Di depan teman-teman aku berusaha untuk tetap tersenyum, santai menjalani hidup, jika ada yang bertanya bagaimana perasaanku sekarang ke dia, aku akan menjawab dengan santai "Ngga ada apa apa dan emang dari awal emang ngga ada apa apa" . Sederhana. Namun itulah kebohongan yang sering kulakukan. Kulakukan untuk memberikan sugesti kepada diriku sendiri, bahwa memang ngga ada apa apa. Just Friend, no Longer.
Mungkin memang ketika diwaktu waktu tertentu, aku merasa, sudah tidak ada perasaan apa apa ke dia, tapi dalam waktu yang lain pula, ketika kami mengobrol bersama, berdua, rasa itu kembali muncul. Seperti waktu kemarin, ketika kami (aku & dia) sedang mengurus acara buka bersama untuk kelas 11, kami sering kontak bareng, merencanakannya bersama, tiba tiba rasa itu kembali muncul, rasa itu kembali menyesakan dada, ah, mungkin hanya khayalan ku saja atau bagaimana yang jelas, aku sudah tidak ada rasa apa apa lagi.
Seringkali tanpa sadar, pernah mengintip akun twitter dia, membacanya, lalu me-retweet tweet yang dia tulis, atau mengintip kontak bbm dia, melihat display picture & personal message dia. Bodoh? memang. Yang namanya cinta terkadang bodoh, jelas jelas sudah mau move on dari dia tapi kenapa masih sering mengintip segala aktivitas dia di dunia maya.
Yang lebih gila lagi adalah, ketika dia mengatakan kepada temannya bahwa masa masa bersama saya lebih berkesan dibanding dengan cowok yang sekarang. Bagaikan ketiban durian runtuh, tembok move on yang telah saya bangun kembali runtuh. Kenapa?! Kenapa dia harus mengatakan itu?!
Jika aku mau mendapatkan dia, itu bisa kulakukan. Karena kalimat itu jelas sekali. Sungguh jelas sekali. Dia itu ibarat kembang yang harum, banyak yang mencoba mendekat namun sesungguhnya akulah pemenangnya. Walaupun aku sanggup untuk merebut kembali dia dari temanku, sungguh, aku tak akan melakukannya.
Mungkin juga ini salahku, sudah mendekat tapi malah memilih menjauh. Aku tau aku sudah memenangkan hatinya, tapi aku memutuskan mundur dan menjadi low respon. Banyak teman teman yang bilang kepadaku dia butuh aksi dari ku. Tapi aku enggan melakukannya.
Ya, mungkin ini salahku, melewatkannya hingga kini dia dengan yang lain. Mungkin ini memang salahku untuk saat ini, karena aku tidak tahu apa yang kan terjadi esok lusa.
Jika dia kembali padaku, itu tandanya aku telah melakukan hal yang tepat
Tapi jika dia tidak kembali padaku, aku yakin, Tuhan telah menyiapkan yang lebih dibandingkan dia
Sekian . . .
(ini cuman tulisan singkat dan bukan curahan hati sang penulis :D)
0 komentar:
Posting Komentar